Cara Pandang Mahasiswa yang Keliru dalam Pembelajaran

1. Cukup ikuti saja materi dari dosen, tidak perlu mencari materi dari dosen atau sumber lain

Nah, pandangan hanya mengikuti materi dari dosennya tanpa mencari referensi lain merupakan cara pandang orang yang telah nyaman di dalam ‘kotak’nya. Tidak usah repot-repot keluar dari kotak (out of the box) selama kita masih nyaman di dalam ‘kotak’. Tidak usah repot-repot mencari materi dari sumber lain, toh udah ada materi dari dosennya. Ingatlah duhai mahasiswa! Bahwa mahasiswa bukanlah anak SMA lagi apalagi SMP atau SD, yang hanya perlu dengan ikhlas menerima materi dari guru dan mencoba memahaminya. Seorang mahasiswa harusnya berfikir kritis dan inovatif. Materi dari dosen tidaklah cukup kawan! Coba lihat di luar sana, masih banyak materi yang lebih.

2. Karena sudah ada komputer dan diktat, maka tidak perlu lagi mencatat.

Ada sebuah pepatah mengatakan bahwa “ikatlah ilmu dengan menuliskannya”. Saya rasa, pepatah tersebut masih sangat relevan walaupun teknologi saat ini sudah berkembang demikian pesatnya. Menulis atau mencatat, merupakan kegiatan yang sudah mulai jarang kita temui dalam proses pembelajaran. Jika memang kita merasa bahwa kemampuan mengingat kita terbatas, maka harusnya kita sadar bahwa mencatat itu penting. Toh sekarang catatan bisa beragam bentuknya, bisa di buku, di komputer, di blog, bahkan di HP. Kalo memang mencatat itu bikin capek, kan bisa aja direkam, berbagai teknologi rekam suara saat ini kan banyak tersedia. Jadi, mulailah mencatat sekarang juga.

3. Saya datang kuliah untuk absen.

Motivasi seorang mahasiswa dalam kuliah ternyata beragam. Ada yang memang niat untuk belajar, ada yang niat ngumpul-ngumpul bareng temen, ngerumpi, atau sekedar tanda hadir di lembar kehadiran kelas. Seorang mahasiswa dari salah satu kelas yang saya ajar pada suatu hari, saat perkuliahan belum berakhir, tiba-tiba datang menghampiri saya yang kebetulan sedang keluar ruangan. Mahasiswa tersebut bilang, “Pak, saya belum absen, saya mau absen”. Padahal waktu itu saya belum mencatat kehadiran mahasiswa atau menyerahkan daftar hadir ke mahasiswa. Duhai mahasiswa, jika kuliah hanya untuk absen, ya pantas saja kalo ga lulus. Ingat, absen itu kan artinya tidak hadir. Hehe2x.

4. Saat mencoba program, jika sudah berhasil maka sudah cukup

Program atau latihan yang diberikan di kelas maupun yang tersedia di diktat memang diperuntukkan untuk dicoba. Diharapkan dengan mencoba contoh program / latihan, mahasiswa dapat memperoleh pengertian atau pengetahuan yang lebih jelas mengenai suatu teori / konsep. Jadi dalam proses mencoba program, harus ada proses pembelajaran, tidak sekedar menuliskan program. Hmm, kenyataannya banyak mahasiswa yang akan berhenti mencoba saat sebuah program berhasil di-running atau tidak ada error. Jangan cuman itu kawan! Pahami algoritma dalam program tersebut, kalo perlu modifikasi program tersebut. Misalnya terdapat sebuah program untuk mencari nilai terbesar dari 3 buah bilangan yang diinputkan, maka setelah program tersebut sukses, harusnya dicoba juga untuk 4 bilangan, 5 bilangan bahkan hingga N-bilangan. Jika pola tersebut diterapkan, nilai A tidaklah sulit diraih.

5. Kisi-kisi ujian yang diberikan oleh dosen pasti keluar dalam ujian

Salah satu alasan saya hampir ga pernah memberikan kisi-kisi sebelum ujian adalah ketakutan bahwa kisi-kisi dijadikan patokan oleh mahasiswa. Hati-hati teman-teman mahasiswa, kisi-kisi hanyalah sebagai gambaran mengenai materi ujian yang akan diujikan. Kisi-kisi bukanlah soal ujian. Perhatikan juga matakuliahnya, jika matakuliah bersifat MKM justru terkadang soal yang keluar dalam ujian sangat berbeda denga kisi-kisi yang mungkin sudah diberikan, karena matakuliah MKM soalnya merupakan kombinasi dari beberapa dosen. Dalam mempersiapkan ujian, materi yang dipelajari sebaiknya menyeluruh (komprehensif). Belajar dari soal atau kisi-kisi boleh-boleh aja, namun jangan sampe berpandangan bahwa apa yang ada kisi-kisi atau soal pasti keluar di dalam ujian, kecuali jika ada jaminan dari dosennya.

6. Jika ingin lulus, menyonteklah

Menyontek merupakan perbuatan curang, janganlah membiasakan diri dengan kecurangan tersebut. Menyontek juga bukan jaminan bahwa seseorang akan lulus. Jangan-jangan yang dicontek juga salah. Kalopun yang dicontek jawaban yang benar, seringkali dosen dapat mengetahuinya dengan mudah sehingga nilai kita pun dapat didiskon (dikurangi). Ujian sebenarnya merupakan suatu sarana atau alat untuk mengukur kemampuan kita dalam menyerap pengetahuan (materi) yang telah disampaikan dalam perkuliahan. Jadi, jadikanlah ujian sebagai alat ukur kemampuan diri sendiri. Jika dalam ujian menyontek, maka tujuan dari ujian tersebut tidak tercapai.

7. Tidak perlu belajar karena ujian masih lama.

Banyak mahasiswa berfikiran cukup pendek, sehingga hanya akan mulai belajar kalo ujian sudah di depan mata. Kalo masih jauh mah ga usah belajar. Itu pandangan yang keliru. Justru harusnya berfikir sebaliknya, mumpung masa ujian masih lama, belajarlah dengan rajin sehingga pas ujian datang, kita bisa lebih santai dan tenang. Sistem Kebut Semalem (SKS) dalam belajar tidaklah dianjurkan. Proses belajar sama halnya dengan proses makan sepiring nasi. Jika dilakukan sendok demi sendok, sedikit demi sedikit maka akan terasa nikmat. Sebaliknya jika satu piring nasi tersebut dimakan sekaligus, tentu akan terasa menyakitkan.

8.Setelah lulus matakuliah, maka tidak perlu dipelajari lagi

Cara pandang tersebut juga merupakan cara pandang yang hanya berfikir jangka pendek. Sekian banyak matakuliah yang diajarkan di dalam perkuliahan merupakan bekal untuk tahapan kehidupan selanjutnya setelah lulus. Jadi semuanya akan membentuk keahlian dan skill kita. Jika hanya mempelajari sepotong-sepotong saja, tentu tidak akan maksimal hasilnya. Dan ingatlah, bahwa seringkali satu matakuliah dengan matakuliah lainnya saling berhubungan, jadi jangan lupakan materi yang sudah dipelajari di setiap matakuliah.

Semoga posting ini bermanfaat. Maju terus pendidikan Indonesia

Related Post



0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails
 
free counters

Pengikut

© renof Copyright by RENOFBOOK | Template by renofbook