Sebagai pertanggungjawaban, Bung Karno memberikan Pidato Nawaksara di depan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada 22 Juni 1966. Tapi pidato tersebut dinilai tidak memuaskan sehingga dilanjutkan dengan pidato “Pelengkap Nawaksara” pada 10 Januari 1967, sekaligus merupakan pidato terakhir Bung Karno di negeri ini.
Rupanya pidato pertanggungjawaban itu merupakan pidato resmi terakhir dari Bung Karno. Karena setelah pidato tersebut Bung Karno tetap dinilai MPRS tidak dapat memenuhi pertanggungjawaban konstitusionil, sebagaimana layaknya seorang Mandataris terhadap MPR (sementara) yang memberikan mandat, diatur dalam UUD 1945.
Nawa Aksara (Nawaksara)
Asal kata Nawaksara berasal dari bahasa Sanskrit yang biasa digunakan untuk memberi nama kepada amanat-amanat. bahkan sering memakai kata dwi, tri–Trisakti–dua-duanya perkataan Sanskrit: Tjatur Prasatya, tjatur = empat, satya = kesetiaan : Pantja Azimat, pantja adalah lima. Sedangkan pidato Bung Karno ini terdiri dari sembilan pokok, maka sembilan didalam bahasa Sanskrit adalah nawa: eka, dwi, tri, tjatur, pantji, enam = sad ; tudjuh = sapta, delapan = hasta, sembilan = nawa, sepuluh = dasa.
Karena pidato ini di tulis maka di beri nama “Aksara”, dus “Nawa-Aksara” atau disingkat “Nawaksara”.
sumber:http://annida.harid.web.id/?p=474
0 komentar:
Posting Komentar